RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 09 OKTOBER

 
09 OKTOBER
PERINGATAN HARI SURAT MENYURAT INTERNASIONAL DAN HARI POS SEDUNIA

Hari Surat Menyurat Internasional (World Post Day), sebagaimana dikutip dari kalderanews.com, diperingati setiap tahun pada 9 Oktober. Peringatan ini tak lepas dari sejarah berdirinya Universal Postal Union (UPU) pada 1874 di ibu kota Swiss, Bern. Tetapi, penetapan Hari Surat Menyurat Internasional baru dilakukan dalam Kongres UPU di Tokyo, Jepang pada 1969. Sejak itulah, negara-negara di seluruh dunia berpartisipasi setiap tahun dalam perayaan tersebut. Menurut catatan sejarah, orang yang pertama kali memanfaatkan merpati sebagai pembawa pesan adalah Sultan Baghdad bernama Nuruddin. Pada tahun 1146, dia menggunakan merpati untuk mengirimkan surat di sekitar kerajaannya. Selama Perang Dunia Pertama (1914-1918), merpati pos juga digunakan sebagai media komunikasi pasukan Amerika.

Hari Surat Menyurat Internasional (World Post Day), sebagaimana dikutip dari laman enkosa.com, dilatarbelakangi pada masa paling awal dalam sejarah. Pada saat itu, layanan pos hanya ada dalam bentuk kurir yang tugasnya melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki ataupun menunggang kuda. Pada tahun 1600-an sampai 1700-an, banyak sekali negara yang membuat sistem pengiriman pos Nasional serta mengadakan perjanjian bilateral untuk pertukaran surat antar negara. Di tahun 1800-an, terdapat jaringan besar perjanjian bilateral yang membuat distribusi surat Internasional menjadi rumit, tidak efisien serta tidak transparan. Hingga akhirnya pada tahun 1863, Montgomery Blair, Postmaster General di AS menyelenggarakan konferensi perwakilan dari sekitar 15 negara Eropa serta Amerika Serikat.

Selama konferensi tersebut, para delegasi menetapkan sejumlah prinsip umum untuk mencapai kesepakatan bersama tentang layanan pos Internasional namun tidak membuat perjanjian pos Internasional. Pada tanggal 15 September 1874, Heinrich Von Stephan yang merupakan seorang pejabat pos senior membuka konferensi di Berne, Swiss yang dihadiri oleh 22 negara. Setelah konferensi tersebut maka menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa tanggal 9 Oktober didirikan Serikat Pos Umum yang bernama Universal Postal Union (UPU). Hari Surat Menyurat Internasional diperingati setiap tanggal 9 Oktober bersamaan dengan diperingatinya Hari Pos Sedunia. Tujuan dari hari peringatan ini tentu saja untuk mendukung dan juga menyemangati perkembangan pos di berbagai negara.

Sampai saat ini terdapat 180 unit pos di berbagai negara termasuk Indonesia. Namun sayang, banyak sekali masyarakat yang mulai meninggalkan dunia perposan padahal zaman dulu pos menjadi primadona. Untuk memperingati Hari Surat Menyurat Internasional terdapat beberapa hal yang bisa anda lakukan. Hal yang paling sederhana yaitu dengan mengirimkan surat kepada keluarga atau tempat. Selain itu, selama 35 tahun terakhir, Universal Postal Union (UPU) telah bekerjasama dengan UNESCO untuk menyelenggarakan kompetisi penulisan surat Internasional bagi kaum muda. Memperingati Hari Surat Menyurat Internasional juga menjadi momen penghargaan pada para pekerja pos, staff dan orang yang terlibat didalamnya.

9 OKTOBER 1740
PEMBANTAIAN ETNIS TIONGHOA DI BATAVIA (GEGER PECINAN)

Geger Pacinan atau dikenal sebagai Tragedi Angke, sebagaimana dikutip dari laman okezone.com, merupakan tragedi pembantaian orang Tionghoa di Batavia. Kekerasan dalam batas kota berlangsung dari 9 Oktober hingga 22 Oktober 1740, sedangkan pertempuran-pertempuran kecil terjadi hingga akhir November. Sejarah mencatat, peristiwa yang dikenal dengan sebutan Geger Pecinan ini menyebabkan 10.000 warga China meninggal dunia karena dibantai tentara VOC. Kerusuhan yang pecah pada 9 Oktober 1740 ini dipicu oleh turunnya harga gula yang kemudian juga turut mempengaruhi kehidupan masyarakat di Batavia. Saat itu, jumlah pengangguran di Batavia meningkat dan kota lebih banyak dipenuhi oleh warga keturunan Tionghoa. 

Dikutip dari timesindonesia.co.id, Gubernur Jenderal VOC, Adriaan Valckenier, kemudian mengirimkan kelebihan pengangguran dan warga Tionghoa itu ke Sri Langka karena di pulau tenggara India itu VOC juga mendirikan benteng dan kota persinggahan. Namun, terdapat desas-desus yang berkembang di Batavia bahwa orang-orang China yang dikirim dengan kapal ke Sri Langka itu dibunuh dengan diceburkan ke laut. Hal inilah yang membuat keturunan Tionghoa angkat senjata dan melakukan pemberontakan. Sumber lain menyebutkan, kerusuhan ini juga dipicu pada peristiwa 7 Oktober 1740, saat ratusan orang keturunan Tionghoa, banyak di antaranya buruh di pabrik gula, membunuh 50 pasukan Belanda. Ketika itu, Adriaan Valckenier, menyatakan akan bertindak tegas untuk mengatasi setiap pemberontakan.

Sebagaimana dikutip dari kabardamai.id, pada sebuah pertemuan Dewan Hindia (Raad van Indië), badan pemimpin Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Guberner-Jenderal Adriaan Valckenier menyatakan bahwa kerusuhan apapun dapat ditanggapi dengan kekerasan mematikan. Kekerasan ini dengan cepat menyebar di seluruh kota Batavia sehingga lebih banyak orang Tionghoa dibunuh. Diperkirakan bahwa lebih dari 10.000 orang keturunan Tionghoa dibantai. Jumlah orang yang selamat tidak pasti; ada dugaan dari 600 sampai 3.000 yang selamat. “Setiap tempat bersimbah darah dan kanal-kanal dipenuhi dengan mayat-mayat. Sebagian besar kota diselimuti abu dan lima ribu warga Cina yang terkenal rajin dan penuh pengabdian itu telah tewas.” Demikian kisah memilukan dari sebuah catatan akhir abad ke-18 yang pernah tersimpan di perkumpulan komunitas Cina di Jakarta.

Para serdadu VOC melakukan perampokan dan pembersihan warga Cina. Permukiman Cina dibakar. Semua warga Cina dalam tembok kota, baik pria, maupun wanita, bahkan anak-anak yang lari berhamburan ke jalanan kota itu dibunuh dengan keji. Bahkan, beberapa ratus orang Cina yang menjadi  tahanan  di Stadhuis (Balai Kota Batavia, kini Museum Sejarah Jakarta) dibebaskan, lalu disembelih di halaman belakang gedung itu. Diperkirakan antara 5.000 sampai 10.000 warga Cina telah dibantai. Rumah Kapitan Cina Ni Hoe Kong yang terletak di Roa Malaka dijarah dan dihancurkan. Sang Kapitan yang bertanggung jawab terhadap segala aktivitas orang-orang cina itu ditangkap dan akhirnya wafat dalam pembuangannya di Ambon.

Dua tahun kemudian, Gubernur Jenderal Valckenier yang dianggap bertanggung jawab atas tragedi di Batavia, dijatuhi hukuman penjara di Kastil Batavia selama 9,5 tahun sebelum akhirnya meninggal dan dimakamkan tanpa upacara. Menurut Mona Lohanda, pemerhati sejarah peranakan Cina dan penulis buku Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, kerusuhan 1740 meluas hingga ke Jawa. Bahwa tragedi orang-orang Cina bukan hanya berdampak kepada kehidupan di Batavia, tetapi juga berakibat pada ketidakstabilan politik di Kasultanan Mataram. Seorang pelaku pembantaian dan perampokan, G.Bernhard Schwarzen, berkisah dalam bukunya Reise in Ost-Indien yang terbit pada 1751 menulis, kerusuhan dan pembantaian berhenti setelah empat hari. “Seluruh jalanan dan gang-gang dipenuhi mayat, kanal penuh dengan mayat,” tulisnya. “Bahkan kaki kita tak akan basah ketika menyeberangi kanal jika melewati tumpukan mayat-mayat itu.”

0 Response to "RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 09 OKTOBER"

Post a Comment