09 SEPTEMBER 1948
DIPERINGATI SEBAGAI HARI OLAHRAGA NASIONAL
Hari Olahraga Nasional atau Haornas, sebagaimana dikutip dari kompas.com, diperingati bangsa Indonesia pada setiap tanggal 9 September yang penetapannya didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 67 Tahun 1985. Penetapan Hari Olahraga Nasional tak lepas dari penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Surakarta, Jawa Tengah, pada 9-12 September 1948. Sebelum ditetapkan hari peringatannya setiap tanggal 9 September, telah muncul usulan untuk memperingati Haornas setiap tanggal 8 September. Pada tanggal 16-17 Mei 1983, diadakan Sidang Paripurna KONI XIII di Senayan, Jakarta. Dalam sambutan tertulis pembukaan sidang, Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang saat itu menjabat Ketua Umum KONI Pusat mengusulkan tanggal 10 September sebagai Hari Olahraga Nasional.
DIPERINGATI SEBAGAI HARI OLAHRAGA NASIONAL
Hari Olahraga Nasional atau Haornas, sebagaimana dikutip dari kompas.com, diperingati bangsa Indonesia pada setiap tanggal 9 September yang penetapannya didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 67 Tahun 1985. Penetapan Hari Olahraga Nasional tak lepas dari penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Surakarta, Jawa Tengah, pada 9-12 September 1948. Sebelum ditetapkan hari peringatannya setiap tanggal 9 September, telah muncul usulan untuk memperingati Haornas setiap tanggal 8 September. Pada tanggal 16-17 Mei 1983, diadakan Sidang Paripurna KONI XIII di Senayan, Jakarta. Dalam sambutan tertulis pembukaan sidang, Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang saat itu menjabat Ketua Umum KONI Pusat mengusulkan tanggal 10 September sebagai Hari Olahraga Nasional.
Usulan tentang Hari Olahraga Nasional itu berdasarkan pada harapan untuk menempa semangat berolahraga di masyarakat serta peningkatan prestasi. Sidang tersebut memutuskan Pekan Olahraga Nasional (PON) XI dilaksanakan di Jakarta mulai tanggal 8 September sekaligus ditetapkan sebagai Hari Olahraga. Pemilihan tanggal 8 September sesuai dengan informasi yang digunakan pada saat itu bahwa PON pertama di Surakarta dimulai pada 8 September 1948. Namun, terdapat perbedaan mengenai pembukaan PON I di Surakarta. Pada buku kenangan PON II 1951 dan PON-PON selanjutnya, disebutkan bahwa Pekan Olahraga Nasional pertama di Surakarta diselenggarakan pada 8-12 September 1948. Pada kenyataannya, tanggal 8 September 1948 adalah hari perjalanan bendera PON I yang dibawa dari Yogyakarta menuju Surakarta.
Adapun, bendera tersebut tiba di Kota Surakarta pada 9 September 1948 pukul 6.30 WIB. Selanjutnya, bendera tersebut langsung dibawa ke Stadion Sriwedari yang menjadi arena penyelenggaraan PON I. Kemudian pada pukul 9.00, Presiden Soekarno secara resmi membuka PON I. Selang 35 tahun kemudian, tepatnya pada 9 September 1983, Presiden Soeharto mencanangkan Hari Olahraga Nasional saat meresmikan purnapugar Stadion Sriwedari. Pemilihan 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional berdasarkan pada tanggal pembukaan PON I di Surakarta, 1948. Pada 7 September 1985, melalui Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1985, ditetapkan bahwa tanggal 9 September ditetapkan sebagai peringatan Hari Olahraga Nasional atau Haornas.
9 SEPTEMBER 2004
PERISTIWA PENGEBOMAN DI KEDUTAAN BESAR AUSTRALIA (BOM KUNINGAN)
Pengeboman di Kedubes Australia atau yang disebut juga dengan peristiwa "Bom Kuningan", sebagaimana dikutip dari laman wikipedia.org merupakan sebuah aksi terorisme besar ketiga yang ditujukan terhadap Australia yang terjadi di Indonesia setelah Bom Bali 2002 dan Pengeboman Hotel Marriott 2003. Peristiwa Bom Kuningan ini terjadi pada tanggal 9 September 2004 pukul 10.30 WIB di kawasan Kuningan Jakarta dengan menggunakan peledak yang ditempatkan dalam mobil (Bom Mobil) yang diarahkan langsung ke Kedubes Australia. Pengeboman tersebut dilakukan oleh seorang pengebom bunuh diri bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun warga asal Sukabumi Jawa Barat (berdasarkan hasil pelacakan melalui tes DNA), dimana Heri menggunakan van mini jenis Daihatsu bewarna hijau (mobil box) saat melakukan aksi pengeboman tersebut.
Sebagaimana dikutip dari laman voaindonesia.com, jumlah korban tewas akibat bom bunuh diri itu ada 9 orang diantaranya adalah satuan pengaman (satpam) kedubes, staf, para pemohon visa, serta masyarakat yang melintas di daerah itu. 141 orang menderita luka-luka, namun tidak ada warga Australia yang menjadi korban. Beberapa bangunan di sekitar tempat kejadian mengalami kerusakan. Pelaku pengebom, Heri Golun tewas di dalam mobil boks pengangkut bom tersebut. Selain Heri Golun, pelaku lainnya yang juga ikut dalam perencanaan pengeboman ini yaitu Iwan Darmawan alias Rois, Ahmad Hasan, dan Apui masing-masing divonis hukuman mati karena dianggap sebagai otak pelaku. Sementara Heri Sigu Samboja alias Neri Anshori divonis 7 tahun penjara dengan tuduhan menyiapkan mobil boks pengangkut rangkaian bom.
Albert Kristiono (41), warga Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, sebagaimana dikutip dari laman kompas.com, adalah salah satu korban selamat dalam peristiwa Bom Kuningan di depan Gedung Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Albert juga merupakan saksi mata yang mengetahui detik-detik ledakan Bom Kuningan ini, dimana saat peristiwa itu terjadi ia tengah melewati Jalan HR Rasuna Said dan secara tiba-tiba tubuhnya terpental akibat ledakan bom di depan Gedung Kedubes Australia. Akibat ledakan ini, kepala sebelah kanan Albert terluka akibat terkena pecahan bom dan harus menjalani perawatan intensif. Pada peristiwa ledakan itu Albert masih berusia 23 tahun dengan status mahasiswa di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pasca kejadian itu Albert sempat mengalami trauma jika menjumpai mobil boks.
Pada hari Selasa tanggal 9 September 2014, puluhan orang korban Bom Kuningan, keluarga korban, aktivis anti kekerasan dari mahasiswa perguruan tinggi dan masyarakat yang tergabung dalam Forum Kuningan melakukan peringatan 10 tahun peristiwa bom kuningan di depan kantor Kedutaan Besar Australia di Jalan HR Rasuna Said Kuningan Jakarta. Peringatan ini berlangsung singkat dengan melakukan tabur bunga dan meletakan karangan bunga di depan pintu masuk kedubes. Aktivis Forum Kuningan menyatakan bahwa peringatan ini akan diadakan setiap tahunnya pada tanggal 9 September dengan harapan tidak ada lagi teror bom di Indonesia. Pada momen peringatan ini, aktifitas utamanya adalah saling berbagi pengalaman untuk pemulihan fisik dan mental dari para korban dan para keluarga yang ditinggalkan, serta saling mendukung secara materiil jika ada yang membutuhkan.
0 Response to "RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 09 SEPTEMBER"
Post a Comment