Bila kita perhatikan, akhir-akhir ini kita temukan banyak bermunculan Coffe Shop alias kafe-kafe baru yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Bahkan disaat pandemi Covid-19 melanda, dimana banyak pelaku bisnis mengalami penurunan penjualan atau bahkan tumbang, industri kafe justru malah tumbuh dengan baik. Peningkatan ini tak lain karena pengaruh dari semakin meluasnya sistem online di dunia penjualan. Sebagaimana dikutip dari kompas.com, Founder of Gerilya Coffee & Roastery Gemawan Wahyadhiatmika mengungkapkan bahwa perubahan strategi penjualan menggunakan platform online membawa peningkatan penjualan yang signifikan. “Kalo dari segi spesifik penjualan kita secara sells itu naik lebih kurang 150 hingga 200 persen. The best mungkin di 180 persen,” kata Gemawan dalam salah satu webinar Food & Hotel Indonesia VirtualHub 2021.
Jadi meski ditengah pandemi, pertumbuhan Coffee Shop atau Kafe mengalami peningkatan yang signifikan. Perubahan gaya berbelanja konsumen juga menjadi daya dukung yang besar terhadap pertumbuhan ini. Jika dicermati lebih dekat, konsumen ingin hal yang gampang diakses, sehingga tren penjualan secara online mampu memberi peningkatan penjualan. Sebagaimana dikutip dati kompas.com, Peningkatan penjualan kopi secara online dan take away berdasarkan data Speciality Coffee Association (SCA) mencapai 109 persen di seluruh dunia. Selain pemasaran online, Inovasi yang dibuat melalui penambahan produk baru juga membawa dampak pada penjualan. Sebagaimana kita tahu, banyak kafe-kafe yang memunculkan varian menu olahan kopi yang baru, dengan mengkombinasikan cita rasa kopi dari berbagai jenis kopi hingga teknologi pemroesan yang terbilang mampu menciptakan varian rasa baru yang unik dan menarik untuk dicoba.
Jika dilihat dari tingkat konsumsi kopinya, sebagaimana dikutip dari medcom.id, Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian menyebutkan konsumsi kopi nasional sudah mencapai 249.800 ton pada 2016 dan meningkatnya 314.400 ton dua tahun setelahnya. Bahkan, bisnis kopi diprediksi meningkat 20 persen tahun ini atau konsumsi kopi akan mencapai angka 370 ribu ton. Tren ini memperlihatkan bahwa bisnis kopi sangat menjanjikan, dan tentunya peluang untuk berbisnis Coffee Shop/Kafe amat terbuka lebar. Bahkan coffee influencer Viki Rahardja menuturkan, pemilik usaha Coffe Shop/Kafe bisa menjalankan bisnis tanpa mengandalkan gerai fisik, mereka hanya perlu hadir di berbagai platform delivery online hingga e-commerce yang memiliki jaringan luas. Dikutip dari tempo.co, Data Soecialty Coffee Association Global menunjukkan perubahan pola konsumsi masyarakat dari minum di kedai kopi ke pesan antar, take away, dan online platform. Sebayak 30 persen pelanggan juga memilih metode pembayaran non-tunai.
SEJARAH KOPI DI INDONESIA
Tradisi minum kopi sudah ada sejak jaman dulu, bahkan aktivitas menyeruput kopi ini telah menjadi budaya dan memiliki keunikan tersendiri di tiap daerah di Indonesia. Indonesia yang merupakan negara agraris, dengan tanahnya yang subur, telah sejak lama memiliki komoditas kopi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Meskipun kopi bukan tanaman asli Indonesia, namun hubungan perdagangan bangsa Indonesia dengan dunia luar pada masa kerajaan telah membawa kopi masuk ke Negara ini. Sebagaimana ditulis dalam jurnal berjudul "All About Coffee" yang ditulis William H. Ukers, disebutkan bahwa kopi berasal dari Abyssinia, nama daerah lawas di Afrika yang saat ini mencakup wilayah negara Etiopia dan Eritrea. Namun tidak banyak diketahui bagaimana orang-orang Abyssinia memanfaatkan tanaman kopi tersebut.
Sebagaimana dikutip dari jurnalbumi.com, Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan oleh orang-orang Arab. Biji kopi dari Abyssinia dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman dan mulai menjadi komoditas komersial. Di masa awal, bangsa Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Mereka mengendalikan perdagangan lewat pelabuhan Mocha, sebuah kota yang terletak di Yaman. Dari pelabuhan Mocha biji kopi diperdagangkan hingga ke Eropa. Saat itu Mocha menjadi satu-satunya gerbang lalu-lintas perdagangan biji kopi, sampai-sampai orang Eropa menyebut kopi sebagai Mocha. Memasuki abad ke-17 orang-orang Eropa mulai mengembangkan perkebunan kopi sendiri. Pertama-tama nereka mengembangkannya di Eropa, namun iklim di sana tidak cocok untuk tanaman kopi.
Kemudian mereka mencoba membudidayakan tanaman tersebut di daerah jajahannya yang tersebar di berbagai penjuru bumi. Upayanya berhasil, orang-orang Eropa mampu menggeser dominasi bangsa Arab dalam memproduksi kopi. Salah satu pusat produksi kopi dunia ada di Pulau Jawa yang dikembangkan bangsa Belanda. Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Seorang Gubernur Belanda yang bertugas di Malabar, India berinisiatif mengirimkan bibit yang diketahui berjenis arabika ini kepada seorang Gubernur Belanda lain yang sedang bertugas di Batavia. Untuk masa tertentu kopi dari Jawa sempat mendominasi pasar kopi dunia. Saat itu secangkir kopi lebih popular dengan sebutan “Cup of Java” atau “Secangkir Jawa”.
Sebagaimana dikutip dari ottencoffee.co.id, upaya Belanda membudidayakan Kopi di tanah Jawa tersebut gagal total akibat seluruh tanamannya hancur terkena gempa bumi dan banjir. Tapi mereka tak mau menyerah begitu saja. Pada tahun 1699 upaya budidaya kopi kedua dilakukan. Kali ini stek tanaman kopi dikirim dari Malabar, India juga. Kemudian pada 1706 hasil tanaman kopi pertama di Pulau Jawa dikirim ke Kebun Raya Amsterdam untuk diteliti. Dan menurut hasil penelitian, kopi tersebut memiliki kualitas sangat baik dan berpotensi untuk diperdagangkan ke seluruh dunia. Sejak saat itu, Belanda memutuskan untuk melebarkan perkebunan kopi ke berbagai daerah lain di nusantara. Tak hanya Jawa, perkebunan kopi dibuka di Aceh, Sumatera Utara, beberapa daerah di Sulawesi, Bali hingga Papua.
Tahun 1878 adalah masa buruk bagi tanaman kopi di Indonesia, dimana tanaman kopi yang ditanam kala itu diserang oleh penyakit karat daun atau hemileia vastatrix. Hampir seluruh perkebunan kopi di dataran rendah terkena penyakit ini, dimana rata-rata kopi yang dibudidayakan kala itu merupakan jenis kopi arabika. Tak ingin bisnis kopinya hancur, Belanda kemudian mendatangkan jenis kopi liberika yang digadang-gadang lebih tangguh dan tahan terhadap hama karat daun. Liberika sempat menjadi primadona karena mampu menggantikan arabika. Harga kopi ini juga sama bagusnya dengan arabika di pasar Eropa. Namun kejayaan ini tak bertahan lama karena liberika juga terkena hama karat daun dan gagal panen. Lalu pada 1907 Belanda mendatangkan jenis kopi lain yaitu robusta. Robusta lebih mampu bertahan dari hama karat daun khususnya di perkebunan kopi di dataran rendah.
Setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1945, seluruh perkebunan kopi peninggalan para penjajahg diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan menjadi salah satu komoditas terbesar di negeri ini. Sehingga, Indonesia secara berdaulat memiliki kendali penuh untuk menghasilkan dan mengekspor kopi di beberapa negara di dunia. Adapun beberapa jenis Kopi Indonesia yang kini dikenal sebagai Indonesia Specialty Coffee (Kopi Khas Nusantara), sebagaimana dikutip dari kumparan.com, di antaranya adalah Kopi Aceh Gayo, Kopi Sumatra Mandheling, Kopi Lintong, Kopi Kalosi Toraja, Kopi Lampung, Kopi Kintamani Bali, Kopi Jawa Prenger, dan Kopi Papua. Selain itu, Indonesia juga memiliki Kopi Luwak yang dikenal sebagai kopi termahal di dunia.
JENIS-JENIS KOPI KHAS NUSANTARA
Sebagaimana dikutip dari nescafe.com, Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan kopi terbesar di dunia. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki kebun kopi berikut cara yang khas dalam pengolahannya. Cita rasa dan karakteristik kopi yang dihasilkan pun sangat beragam dan lantas menjadikan produk kopi nusantara kian populer.
Berikut adalah 7 jenis kopi nusantara beserta karakteristiknya yang perlu kita tahu:
Kopi Aceh Gayo
Di daerah paling barat di Indonesia, terdapat dua jenis kopi yang diproduksi, yaitu kopi jenis Arabika dan Robusta. Nah, yang paling terkenal dari Aceh adalah kopi Gayo Arabika-nya yang digadang-gadang sebagai salah satu kopi terbaik di dunia. Karakteristik yang paling kuat milik kopi Aceh Gayo ini adalah aromanya yang sangat tajam. Selain itu, kopi Gayo tidak memberi bekas rasa pahit yang lekat di lidah setelah meminumnya, berbeda dengan kebanyakan jenis kopi lainnya yang meninggalkan aftertaste pahit. Inilah alasan mengapa banyak orang sangat menikmati kopi Aceh Gayo.
Kopi Lampung
Berbeda dengan Aceh Gayo yang lebih terkenal dengan jenis kopi Arabikanya, kopi Lampung justru sangat mengunggulkan kopi jenis Robusta. Karakteristik yang sangat terasa dari kopi nusantara asal Lampung teksturnya yang halus, namun rasanya yang cukup kuat. Metode dry processing yang digunakan dalam pengolahan biji kopi Lampung ini pun diyakini sebagai asal mula cita rasa dan karakteristik yang kuat di dalamnya.
Kopi Toraja
Memiliki nama lain Celebes Kalossi, kopi asal daerah Sulawesi ini memiliki aroma yang sangat khas juga harum. Yang membuatnya cukup disukai adalah tingkat keasaman yang rendah. Keunikan dari karakteristik kopi Toraja terdapat pada kecenderungan rasa floral dan fruity yang dihasilkan. Selain itu, rasa kopinya yang kuat dan sedikit kecut meninggalkan aftertaste yang unik di lidah.
Kopi Jawa
Produksi biji kopi Jawa umumnya dilakukan dengan metode wet processing sehingga cita rasanya mungkin sedikit berbeda dan tidak sekuat biji kopi yang dihasilkan di Sumatera atau Sulawesi. Meskipun begitu, jenis kopi Arabika ini sangat dinikmati karena rasanya yang dinilai ‘seimbang’. Tingkat keasaman yang medium dan kekentalan yang nggak terlalu pekat menjadi serta semilir aroma rempah yang dihasilkan, membuat ciri khas sendiri saat menenggaknya.
Kopi Bali Kintamani
Karakteristik kopi nusantara yang satu ini adalah cita rasa kesegaran dari asam (citrus) seperti jeruk. Aromanya dianggap eksotis dilengkapi dengan tekstur yang light, membuat kopi ini tidak terlalu terasa pahit dan tidak meninggalkan aftertaste pekat setelahnya. Nah, oleh sebab itu, kopi jenis ini mungkin saja bisa lebih banyak dinikmati oleh orang-orang yang tidak terlalu suka minum kopi dengan body yang ‘berat’.
Kopi Flores Bajawa
Kopi Arabika asal Flores Bajawa ini menghasilkan tingkat keasaman medium serta tekstur rasa yang ringan. Selain dari aromanya yang menggiurkan, karakteristik kopi ini juga dikenal dengan sensasi manis juga cita rasa kacang-kacangan dan herbal di dalamnya. Keunikan ini yang bisa jadi tidak bisa kamu nikmati pada kopi-kopi lainnya. Nggak heran kalau jenis Flores Bajawa ini bisa menembus pasar internasional karena keunggulan tersebut, kan?
Kopi Papua Wamena
Ketajaman aroma dengan cita rasa yang ringan merupakan ciri khas dari kopi nusantara dari bagian timur Indonesia ini. Mirip kopi Bali yang memiliki rasa floral, kopi Papua Wamena juga dilengkapi dengan nuansa harum coklat dan herbal. Aftertaste ‘smokey’ setelah meminumnya pun menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri. Teksturnya yang lembut dan tidak berampas juga sangat ramah di mulut.
TRADISI MINUM KOPI DI INDONESIA
Minum kopi bagi masyarakat Indonesia tentu sudah menjadi tradisi. Beda daerah, beda lagi tradisi masyarakatnya dalam menyeruput kopi. Dikutip dari kompas.com, setidaknya ada beberapa tradisi minum kopi di Indonesia, sebagaimana disampaiakan oleh Kepala Divisi Public Relation Sobat Budaya, Geaffary Aji dalam diskusi santai bertajuk "Omongan Budayo: Tradisi-Tradisi Ngopi di Nusantara". Geaffary mengatakan, "Di Indonesia ada beberapa tradisi kopi. Ternyata ada sembilan tradisi unik minum kopi dari Aceh, Sumatera, Jawa." Nah, berikut ini adalah tradisi unik minum kopi masyatakat Indonesia:
Tradisi Pesta Penti di Bajawa, Flores
Pesta penti merupakan salah satu dari sekian banyak perayaan adat orang Manggarai, NTT. Penti merupakan pesta syukur kepada Tuhan atas hasil panen. Konteksnya adalah bersyukur atas segala rejeki yang telah diterima dari Mori Jari Dedek (Tuhan Pencipta). Penti sendiri bisa dikatakan sebagai pesta tahun barunya orang Manggarai. Penti dari bahasa Manggarai yang memiliki makna sebuah bentuk rasa syukur dari masyarakat desa kepada Tuhan dan para leluhur karena telah berganti tahun, telah melewati musim kerja yang lama dan menyongsong musim kerja yang baru. Penti ditayakan bersama-sama seluruh warga desa, dimana perayaannya dilakukansetiap tahun diawal musim tanam atau setelah musim panen, mengenai waktunya di antara bulan Juni dampai Bulan September.
Pesta penti ini tidak sekedar perayaan adat yang menghantar orang untuk menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan dan para leluhur tetapi juga untuk kepentingan sesama manusia yang masih hidup. Banyak norma adat yang mungkin sudah mulai pudar atau bahkan hilang dapat dihidupkan kembali melalui Pesta Penti ini. Upacara Penti berlangsung selama satu hari, dimulai dari berkumpul di Niang Gendang (Ruman Gendang) kemudian berjalan bersama-sama ketiga titik, dimasing-masing titik Tetua Adat melakukan upacara ritual dan menyembelih ayam. Setelah selesai masyarakat kembali ke kampung melanjutkan dengan tarian Caci, lalu pada malam harinya dilangsungkan acara Sanda yaitu nyayian tanpa musik yang dinyanyikan tanpa henti sampai pagi, acara ini juga disertai minum kopi bersama.
Kopi Sanger di Aceh
Bisa dikatakan, kopi ibarat nafas bagi orang Aceh yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka sejak zaman kesultanan Aceh. Tradisi minum kopi ini telah berkembang turun temurun seiring perkembangan Aceh sebagai salah satu daerah produsen kopi kelas dunia. Sejak era kolonial Belanda hingga sekarang, setidaknya ada dua daerah sentra produksi kopi di Aceh, yaitu Ulee Kareng dan Gayo. Kopi Ulee Kareng yang termasuk jenis kopi Robusta dihasilkan dari Kecamatan Ulee Kareng. Di kedai-kedai kopi di Aceh, umumnya kopi ditawarkan dalam tiga variasi penyajian, yaitu kopi hitam, kopi susu dan sanger. Kopi hitam dan kopi susu mungkin sudah sangat familiar karena di daerah lain juga ada, tapi Sanger adalah racikan yang khas dan orisinil dari Aceh.
Sepintas melihat tampilannya, kopi ini mirip dengan kopi susu. Tetapi yang khas dari Sanger adalah komposisi susu dan gulanya yang tidak dominan membuat keharuman dan citarasa kopinya lebih terasa. Pembuatannya terbilang unik, dimana air kopi yang sudah disaring, ditarik secara berulang-ulang (seperti membuat kopi tarik), kemudian dicampur susu dengan ukuran seperdelapan dari ukuran gelas. Kata Sanger sendiri berasal dari akronim atau singkatan dari "Sama-Sama Mengerti". Meskipun zaman telah berubah, budaya minum kopi di tengah masyarakat Aceh tetap terjaga. Tradisi ini tetap menurun hingga ke generasi muda mereka saat ini.
Kopi Walik di Aceh
Salah satu tradisi minum kopi yang berasal dari Aceh dan tergolong unik adalah minum Kopi Walik. Kopi walik adalah kopi hitam yang disajikan di sebuah gelas bening yang terbalik. Gelas yang berisi kopi tersebut diposisikan secara terbalik di atas piring kecil (cawan). Cara meminumnya yaitu gelas yang terbalik tadi diputar pelan-pelan hingga air kopi keluar dari gelas dan tertampung di piring kecil (cawan), kemudian kopi diminum dari piring kecil (cawan) tadi dengan tetap memegang gelas agar tidak jatuh/tumpah. Meminum Kopi Walik juga bisa menggunakan sedotan, yaitu air kopi yang keluar ke piting kecil (cawan) diminum dengan memakai sedotan atau dengan cara mengangkat sedikit gelas lalu memasukkan sedotan ke dalam gelas dan meminum kopinya.
Kopi Tarik Aceh
Kopi tarik merupakan minuman khas dari Provinsi Aceh. Dinamakan kopi tarik karena sajian kopi ini dibuat dengan cara menarik-narik air kopi dari satu satu gelas ke gelas lainnya. Hal ini dimaksudkan supaya tercipta buih-buih kental yang ada di lapisan teratas kopi sehingga citarasanya pun semakin nikmat. Kopi tarik paling enak diminum dalam kondisi dingin. Namun jika Anda menginginkan kopi tarik yang hangat pun tidak mengapa. Kuncinya terletak pada jumlah buih yang terbentuk, semakin banyak buih-buihnya maka rasanya pun akan semakin mantap.
Kopi Kawa Daun Khas Sumatera Barat
Kopi Kawa Daun memiliki kisah tersendiri dalam sejarahnya, berawal dari biji kopi hasil panen masyarakat yang harus diserahkan ke pada Belanda pada masa tanam paksa, membuat para petani kopi dan masyarakat kelas bawah tidak mendapat bagian biji kopi. Keinginan untuk menikmati kopipun mereka siasati dengan meracik secangkir kopi menggunakan daun kopi. Sehingga, dari kurun waktu ke waktu, minum kopi dari daun kopi adalah budaya yang kerap dijaga hingga saat ini. Untuk menikmati secangkir kopi kawa daun, petani kopi memilih daun kopi yang terbaik.
Kawa Daun adalah daun kopi yang dikeringkan dengan disangrai selama kurang lebih 12 jam. Daun kopi yang kering ini lalu diseduh seperti teh dengan cara disiram dengan air dingin lalu dimasak mendidih. Seduhan daun kopi tadi kemudian ditambahkan gula tebu, dalam keadaan masih panas kopi dituang ke dalam wadah yang dibuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua bagian, kemudian ditambahkan potongan bambu sebagai tatakan wadah. Ini menjadi salah satu cara menikmati kopi yang dibuat dari daun kopi, bukan dari biji kopi seperti pada umumnya. Rasanya mirip seperti teh dengan cita rasa dedaunan yang unik beraroma kopi. Kopi Kawa daun ini sering juga dicampur kayu manis dan rempah lain agar lebih nikmat.
Kopi Durian Khas Medan
Kopi durian bukanlah minuman yang asing di masyarakat Indonesia. Meski masih belum diketahui dengan pasti dari mana asal mula kopi durian ini, beberapa masyarakat di daerah Sumetera, seperti Bengkulu, Lampung, dan Medan, sudah lama punya kebiasaan minum secangkir kopi yang ditambah satu biji daging buah durian. Bagi mereka yang sudah terbiasa menikmatinya, diyakini bahwa kopi dapat menetralisir aroma dari buah durian yang sangat menyengat. Kopi yang dicampur buah durian akan memberi sensasi creamy yang berpadu dengan rasa manis dan asam. Ada beberapa kebiasaan dalam mengonsumsi kopi durian ini. Beberapa masyarakat seperti di Bengkulu akan memasukkan satu biji buah durian ke dalam minuman kopi panas sebagai pengganti gula.Sedangkan di Lampung, masyarakat di sana punya kebiasaan mencocol daging buah ke dalam minuman kopi hitamnya.
Bagi mereka yang tidak terbiasa, kopi durian mungkin akan menyebabkan sensasi ‘mabuk ringan’, akibat kandungan kafein di dalam kopi yang tercampur dengan kandungan alkohol yang berasal dari buah durian. Kopi durian menu minuman yang belakangan ini banyak dicari-cari oleh pecinta durian. Sensasi kuat dari rasa pahit kopi dan manisnya Si Raja Buah ini lah jadi motif mengapa minuman ‘berat’ ini kian digandrungi.
Kopi Tubruk
Kopi tubruk merupakan warisan budaya Nusantara yang masih bertahan hingga saat ini. Banyak penikmat kopi yang memilih menyeduh kopi cara ini karena kopi tubruk akan menampilkan karakter kopi dan cita rasa yang sesungguhnya. Seperti namanya, tubruk intinya adalah cara membuat kopi yang menubrukkan kopi dan air secara langsung. Sederhana! Kopi terendam (dengan metode immersion) dan langsung siap minum. Tahapannya pun singkat. Hanya memerlukan waktu 4 menit untuk menghasilkan secangkir kopi tubruk yang paling enak.
Cara membuat kopi tubruk memang sangat mudah. Tapi ada beberapa hal yang harus anda perhatikan. Supaya hasil kopinya semakin enak dan nikmat. Menyeduh kopi itu seperti membuat maha karya. Setiap tangan menghasilkan rasa kopi yang berbeda, walaupun memakai jenis kopi yang sama. Perbandingan air, kopi dan gula pun harus tepat. Cara membuatnya yaitu, pertama panaskan air sampai suhu 90 derajat celcius, semakin rendah temperatur air, maka rasa kopi semakin asam. Kedua, kopi yang diseduh, jangan terlalu halus agar rasanya tidak terlalu pahit dan jangan terlalu kasar karena akan sulit untuk dilarutkan.
PERKEMBANGAN KAFE DI INDONESIA
Perkembangan bisnis kafe di Indonesia saat ini sedang berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat banyaknya kafe yang bermunculan dikarenakan kafe sudah menjadi gaya hidup masyarakat dan bervariasinya kebutuhan konsumen serta diikuti kreatifitas dan kemauan para pembuat kafe untuk menyediakan serta memenuhi kebutuhan masyarakat, hal ini menimbulkan kemudahan untuk para konsumen dalam menemukan tempat bersantai berbentuk kafe. Minat para konsumen terhadap kafe, menjadi faktor utama yang menyebabkan berkembangnya usaha kafe pada suatu daerah.
Dikutip dari kafekolong.com, bisnis kafe terus bertumbuh setiap tahunnya di kisaran 15-20%. Jumlah ini membuktikan jika pasar industri ini masih cukup besar, sehingga mendorong banyak pelaku usaha untuk terjun ke bidang bisnis yang masuk dalam kategori food and beverage ini. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam bisnis ini adalah keterlibatan owner secara langsung. Seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat khususnya di kota-kota besar yang umumnya banyak menghabiskan waktu di luar rumah, membuat bisnis kafe dan resto semakin menjamur. Secara bisnis, bidang kafe dan resto menjadi salah satu bidang yang paling banyak diminati oleh banyak pengusaha di Tanah Air. Salah satu yang mendorong sehingga banyak orang berbondong-bondong melakoni bisnis ini adalah karena peluangnya yang tak pernah sepi.
Stevan Lie, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) menyebut jika bisnis di bidang ini menjadi sesuatu yang masih menarik bagi banyak orang karena ketahanannya dari krisis dan menjadi kebutuhan primer masyarakat. Tak aneh jika secara bisnis memang industri kafe dan resto terus bertumbuh setiap tahunnya. Para pelakunya pun terus bertambah, dari yang mulai coba-coba sampai mereka yang memang memiliki ketertarikan dan kompetensi di bidang tersebut. Menurut Stevan, pertumbuhan bidang kafe dan resto setiap tahunnya naik sekitar 15-20%. Sementara itu, dari sisi jumlah pelaku usaha di bidang ini diperkirakan lebih dari 10.000 kafé di seluruh Tanah Air. Dari sisi pendapatan pun diprediksikan terus meningkat dari semula USD 3,4 miliar menjadi USD 4,16 miliar.
Di Jakarta, berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, setidaknya ada lebih dari 500 bar dan cafe yang beroperasi. Kondisi ini pun diprediksi akan terus tumbuh hingga 30%. Hal ini sesuai dengan pengembangan industri kopi nasional yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini industri kopi Indonesia sudah mampu menyerap sekitar 40% produksi dalam negeri dan tumbuh 15% per tahun, baik itu kopi instant, olahan, premium maupun kopi spesialti. Kementerian Perindustrian pada 2015 juga mencatat pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri yang meningkat rata-rata lebih dari 7 persen per tahun.
Terkait persaingan bisnis di industri ini juga terbilang ketat. Selain dengan kafe/resto lokal, banyak juga pemain di bidang ini yang berasal dari luar negeri. Persaingan ini sejatinya harus membuat para pelaku usaha ini semakin pintar. Pada era persaingan bisnis yang semakin ketat ini, menanamkan persepsi positif bagi konsumen merupakan faktor penting dalam kesuksesan penjualan suatu usaha, maka dari itu para pembisnis kafe perlu memberikan pengalaman yang berbeda bagi konsumen guna menyentuh sisi emosional, Konsep ini disebut experiential marketing.
Experiential marketing adalah suatu usaha yang digunakan oleh perusahaan atau pemasaran untuk mengemas produk sehingga mampu menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh hati dan perasaan konsumen. Kegiatan experiential marketing ini telah banyak dilakukan oleh para pembisnissalah satunya adalah usaha dibidang kafe. Para pembisnis yang terjun dalam usaha ini saling berlomba-lomba untuk memberikan kepuasan bagi konsumen dan mempertahankan loyalitas pelanggan dengan menawarkan berbagai produk makanan dan minuman yang menarik, berkualitas dengan harga yang bersaing dengan kompetitor, serta memberikan suasana yang berbeda dengan suasana kafe yang lainnya.
MEMBANGUN BISNIS KAFE
Kebiasaan minum kopi tentu saja bukan hal baru. Minuman nikmat dari racikan biji kopi ini sudah ada sejak ribuan tahun. Seiring berjalannya waktu, cara meracik biji kopi pun mengalami perkembangan. Melihat antusiasme masyarakat, kafe kopi menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Terlebih, saat ini sudah terjadi perubahan besar. Dahulu, kopi identik dengan minuman bapak-bapak atau orang yang sudah berusia. Namun, saat ini kalangan remaja pun sangat gemar minum kopi. Remaja masa kini punya kebiasaan nongkrong di kedai kopi. Mereka minum kopi sambil mengerjakan sesuatu atau sekadar melakukan pertemuan dengan rekan.
Untuk memasuki bisnis ini membutuhkan modal yang tidak sedikit juga, apalagi jika orientasinya ingin memasuki pasar mall. Selain investasi untuk sewa tempat, investasi terbesar lainnya adalah peralatan usaha. Kehadiran media online juga bisa dimanfaatkan secara maksimal sebagai sarana untuk berpromosi oleh para pengusaha yang bergerak di industri ini. Salah satu bentuk promosi online yang bisa dilakukan antara lain melalui media sosial atau dengan mendekat pada food blogger. Oleh karena itu para pengusaha di sektor ini dituntut untuk terus melakukan inovasi dan pelayanan yang lebih baik. Termasuk dalam kaitannya dengan membuka cabang baru untuk menjangkau konsumen lebih jauh, jika sistem bisnisnya sudah siap.
Stevan Lie, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) yang sekaligus praktisi di bidang Kafe dan Restoran telah memberikan beberapa kiat agar bisnis kafe yang dijalankan bisa berjalan dengan baik, diantaranya yaitu:
- Pertama, pikirkan dulu apakah hanya mau punya kafe/resto atau mau menjalani bisnis ini. Bisnis ini memerlukan orang yang mau menjalaninya, bukan sekadar memilikinya saja.
- Kedua, jangan serahkan operasionalnya pada orang lain, tapi Anda harus terjun secara langsung.
- Ketiga, konsep bisnis juga penting, jangan hanya sekadar follower.
- Keempat, memiliki passion di bidang ini. “Kita harus benar-benar suka menjalaninya. Bisnis itu jangan dilihat suka dan mudahnya saja, karena dukanya juga pasti banyak.
TIPS MEMBANGUN COFFEE SHOP / KAFE
Kopi merupakan salah satu minuman yang tak pernah absen dari kegiatan masyarakat Indonesia. Melintasi gender, status sosial, usia, hingga tim bubur diaduk dan tidak diaduk. Kopi mampu menjadi minuman pelipur dahaga sekaligus topik cerita, itulah salah satu sebab bisnis kopi digandrungi banyak pemuda. Belum lagi, varian kopi dan tempat ngopi yang makin asik telah menjadi bagian dari lifestyle kawula muda. Jika kita melihat data jumlah pemuda usia 15 hingga 44 tahun di Indonesia, pada tahun 2020 saja diproyeksikan mencapai 128 juta jiwa, tentu saja ini merupakan target pasar yang potensial bagi pemilik Coffee Shop / Kafe.
Berdasarkan data hasil sensus kedai kopi yang dilakukan oleh Toffin bersama Majalah MixMarComm (Grup SWA Media), sebagaimana dikutip dari joinan.co.id, pada Agustus 2019 saja, kedai kopi di Indonesia telah berjumlah lebih dari 2.950 gerai. Meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun 2016 yang jumlahnya baru sekitar 1.000 gerai. Itupun hasil sensus yang hanya mencakup gerai berjaring di kota-kota besar, belum termasuk kedai kopi independen yang modern maupun yang tradisional di berbagai daerah.
Jumlah kedai kopi yang terus meningkat merupakan jawaban atas tingginya konsumsi kopi nasional, berdasarkan data Global Agricultural Information Network, konsumsi kopi pada 2019/2020 mencapai 294.000 ton. Indonesia pun berada diperingkat ke 4 terbesar negara penghasil kopi di dunia dengan ragam jenis kopi mulai dari robusta hingga arabika yang jumlahnya mencapai 641.833 ton per tahun. Dengan meningkatnya jumlah konsumsi kopi dan menjamurnya bisnis kedai kopi diharapkan turut mendongkrak kesejahteraan petani kopi lokal dan sekaligus membuka peluang usaha baru yang bisa menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
Bagi kamu yang tertarik untuk memulai usaha mendirikan Coffee Shop / Kafe, simak beberapa tips berikut ini:
1. Memilih Lokasi Usaha
Tips pertama untuk memulai usaha Coffee Shop/Kafe adalah memilih dan menetapkan lokasi berjualan, syarat utamanya lokasi yang baik adalah berada di tempat yang strategis alias mudah dilihat dan dijangkau konsumen, seperti dekat kampus, sekolah, kantor, atau yang banyak orang berlalu-lalang. Namun, permasalahan yang sering timbul adalah adanya biaya sewa tempat yang cukup mahal. Untuk mengatasi hal ini, kita bisa mencari tempat dengan biaya sewa yang terjangkau atau yang tanpa biaya sama sekali, seperti rumah sendiri atau rumah partner bisnis, jika ada. Dengan begitu, modal yang ada dapat dialokasikan ke pengeluaran lainnya, seperti pernak-pernik dekorasi dan alat operasional yang dibutuhkan.
2. Buat Konsep Usaha
Sebaiknya konsep usaha disesuaikan dengan target pasar yang ingin dibidik. Sakah satunya adalah membuat konsep kafe yang instagramable, sebagaimana kita tahu saat ini lagi jamannya anak muda hunting foto untuk diupload di sosial media. Oleh karena itu, setiap pebisnis kafe secara tidak langsung dituntut untuk menghaditkan desain yang menarik sehingga Instagramable. Konsep inipun bisa jadi strategi marketing, biasanya kan pengunjung kafe jika sudah melihat desain kafe yang menarik bakal ambil foto lalu di upload di Social media sambil nge-tag location, otomatis teman-teman online-nya bakal tertarik dan berkunjung ke kafe kita di kemudian hari.
3. Menyediakan Menu Spesial dan Otentik
Umumnya setiap usaha kuliner, termasuk coffee shop/kafe selalu memiliki setidaknya satu atau dua menu yang menjadi andalan dari tempat tersebut. Menu andalan ini adalah menu-menu yang hanya dijual pada cafe tersebut dengan mengedepankan rasa yang lezat, otentik, dan bercita rasa tinggi. Oleh sebab itu, selalu siapkan setidaknya satu atau dua signature menu dalam usaha cafe yang akan didirikan. Hal ini akan mendorong ketertarikan konsumen terhadap kafe yang tengah kita jalankan, karena hanya di kafe kitalah mereka bisa mendapat sajian spesial tersebut.
4. Setrategi Marketing
Selain menggunakan media sosial, kamu juga bisa mencoba mengajak pelanggan atau pengunjung cafe untuk mendapatkan tambahan topping atau minuman gratis dengan membuat ulasan tentang cafe kamu di media sosial mereka. Dengan ini, selain bisnis akan lebih terekspos, pembaca pun akan merasa lebih yakin, karena ulasan atau testimoni berasal dari konsumen yang telah merasakan, bukan dari pemilik bisnis.
5. Berikan Pelayanan Terbaik
Pelayanan yang baik tentunya sangat penting untuk diterapkan agar pelanggan nyaman. Dengan memberi pelayanan yang baik dan ramah, pengunjung cafe secara tidak langsung akan merekomendasikan kafe pada teman-teman atau orang terdekat mereka sebagai tempat berkumpul yang menyenangkan. Pelayanan terbaik akan selalu menimbulkan kesan yang baik pada sebuah bisnis.
Pelanggannya yang berasal dari kalangan middle-up tidak pernah mempermasalahkan soal harga, tapi mereka sangat sensitif mengenai servis. Oleh karena itu, kita sebagai pemilik kafe musti berusaha untuk menghadirkan servis yang maksimal agar para pelanggan bisa merasa betah berbelanja di kafe kita. Usaha boleh sama, pesaing boleh banyak, tapi jika pelayanan dan servisnya memuaskan, kafe kitalah yang akan memenangkan pasar.
0 Response to "PELUANG BISNIS KAFE YANG MAKIN TUMBUH DAN BERSINAR"
Post a Comment