RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 06 NOVEMBER

 
06 NOVEMBER 1908
MENINGGALNYA CUT NYAK DHIEN, PEJUANG WANITA INDONESIA

Cut Nyak Dhien, salah satu Pahlawan Nasional Indonesia asal Aceh yang pernah ikut berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh yang terjadi pada tanggal 26 Maret 1873 setelah Belandan menyatakan perang melawan Aceh dengan menembakkan meriam ke daratan  Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua, namun makamnya  baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Cut Nyak Dhien yang juga dijuluki sebagai "Ibu Perbu" ini diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.
 
cut-nyak-dhien-pejuang-perempuan-aceh-yang-berani-melawan-belanda-agniamedia-com

Cut Nyak Dhien lahir dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama, namun tidak diketahui dengan pasti kapan tanggal kelahirannya. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau, sedangkan ibunya merupakan putri uleebalang. Di waktu kecil Cut Nyak Dhien memperoleh pendidikan agama dan pendidikan seputar rumah tangga yang diajarkan langsung oleh orang tuanya dan dari guru agama. Pada tahun 1862, diusianya yang baru 12 tahun,  ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, yaitu putra dari uleebalang Lamnga XIII. Ibrahim Lamnga ikut berjuang di garis depan melawan tentara Belanda pada perang yang terjadi tanggal 8 April 1873.

Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875, setelah tentara Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten berhasil menguasai daerah VI Mukim dan menjatuhkan Kesultanan Aceh. Sementara itu, Suami Cut Nyak Dhien, Ibrahim Lamnga melanjutkan pertempuran untuk merebut kembali daerah VI Mukim, namun ia akhirnya tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878. Mendengar kematian suaminya tersebut, Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda. Beberapa tahun kemudian, Teuku Umar, salah satu tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien, keduanya kemudian menikah pada tahun 1880.

Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Penyerahan diri tersebut merupakan taktik rahasia yang telah direncanakan oleh Teuku Umar untuk menipu Belanda, yang juga dirahasiakan kepada istrinya Cut Nyak Dhien. Belanda yang senang kemudian mengangkat Teuku Umar menjadi komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh dan memberinya gelar Teuku Umar Johan Pahlawan. Setelah cukup dekat dengan Belanda, Teuku Umar mulai mempelajari taktik Belanda dan secara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai dengan orang Aceh, lalu melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.
 
"Lihatlah wahai orang-orang Aceh, tempat ibadah kita dirusak! 
Mereka telah mencorengkan nama Allah! 
Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita menjadi budak Belanda?" 
 
- Cut Nyak Dhien - 

Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar). Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jenderal yang bertugas. Teuku Umar gugur tertembak peluru, saat melakukan upaya penyerangan ke Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901.
 
cut-nyak-dhien-potret-masa-tua-agniamedia-com
 
Cut Nyak Dhien ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya. Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh, namun akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk. Di Sumedang, Cut Nyak Dien ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu". Hingga akhirnya Cut Nyak Dhien meninggal pada 6 November 1908 karena usianya yang sudah tua.
 

0 Response to "RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 06 NOVEMBER"

Post a Comment