RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 18 AGUSTUS

 
18 AGUSTUS 1811
PENANDATANGANAN PERJANJIAN TUNTANG

Perjanjian Tuntang, sebagaimana dikutip dari laman insanpelajar.com, merupakan sebuah perjanjian penyerahan kekuasaan yang juga kerap disebut sebagai Kapitalisasi Tuntang. Perjanjian ini membahas mengenai penyerahan kekuasaan dari pihak Pemerintahan Hindia Belanda kepada pihak Pemerintahan Inggris untuk menguasai Indonesia. Hal itulah yang menjadi awal mula Indonesia dijajah oleh bangsa Inggris, dan pemerintahan di Nusantara dikuasai oleh T. Stamford Raffles. Kesepakatan tersebut terjadi di daerah Semarang, lebih tepatnya di desa Tuntang, sesuai dengan nama perjanjiannya. Lokasi desa tersebut ada di pinggir Sungai Tuntang dan Danau Rawa Pening. Diketahui bahwa desa tersebut merupakan tempat yang sering digunakan oleh pihak Pemerintahan Hindia Belanda untuk beristirahat.

Berawal dari serangan Inggris ke Pulau Jawa pada masa perang Napoleon, dimana ketika itu Pulau Jawa dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens. Pada masa itu Hindia Belanda dibawah kekuasaan Perancis yang dipimpin oleh Kaisar Louis Bonaparte, yang juga merupakan saudara kandung Napoleon Bonaparte. Kaisar Louis awalnya mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels dengan tugas mempertahankan pulau jawa dari serangan Inggris dan membereskan keuangan pemerintahan. Namun setelah diketahui bahwa Daedels menjual tanah negara kepada pihak swasta untuk menstabilkan keuangan, Daedels dianggap melanggar undang-undang dan posisinya kemudian digantikan oleh Gubernur Jenderal baru bernama Jan Willem Janssens.

Dibawah kepemimpinan Janssens, sebagaimana dikutip dari kompas.com, Inggris datang dengan 60 kapal perang yang membawa 15.000 pasukan serta 500 kuda. Armada tersebut dipimpin oleh Lord Minto, Samuel Auchmuty, dan Kolonel Gillespei. Tak butuh waktu lama, pasukan Inggris berhasil menembus pertahanan Batavia. Jan Willem Janssens beserta pasukannya berhasil dipukul mundur hingga bertahan di Bogor, tak lama kemudian pasukan Inggris menyusul, hingga Janssens terpaksa melarikan diri ke Semarang. Di Semarang, ia sempat mendapatkan dukungan dari para prajurit Surakarta dan Yogyakarta, namun tetap tak mampu menahan serangan pasukan Inggris. Dan pada akhirnya Janssen menyatakan menyerah pada Jenderal Auchmuty, hingga tercetuslah Perjanjian Tuntang.

Terdapat 2 tokoh utama yang terlibat dalam perjanjian Tuntang yaitu Jan Willem Janssens selaku gubernur jendral Hindia Belanda serta Jenderal Sir Samuel Auchmuty yang mewakili Thomas Stamford Raffles, pemimpin Inggris yang nantinya akan menjalankan pemerintahan di Hindia-Belanda atas nama kerajaan Inggris. Pada tanggal 18 September 1811, dilakukanlah penandatanganan Perjanjian Tuntang oleh kedua belah pihak, isi perjanjian tersebut salah satunya adalah pemindahan kekuasaan dari Belanda ke Inggris. Perjanjian Tuntang menetapkan bahwa semua daerah di Pulau Jawa serta seluruh pangkalan yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda dialihkan ke dalam kekuasaan Inggris. Beberapa daerah tersebut diantaranya Sunda, Madura, Makassar dan Palembang.

Berikut ini adalah isi dari Perjanjian Tuntang yang disepakati oleh Belanda dan Inggris:
  1. Seluruh Jawa berikut daerah taklukkannya diserahkan kepada Inggris
  2. Semua serdadu Belanda menjadi tawanan perang Inggris
  3. Semua utang yang terjadi selama pemerintahan Daendels tidak menjadi tanggung jawab Inggris
  4. Semua pegawai yang mau bekerjasama dengan Inggris dapat ditempatkan pada kedudukan semula
  5. Tentara yang dibina para raja boleh meninggalkan kesatuan atau pulang ke ruma

18 SEPTEMBER 1948
PEMBERONTAKAN PKI PIMPINAN MUSO DI MADIUN

Pemberontakan PKI Madiun atau yang juga dikenal sebagai "Peristiwa Madiun 1948", sebagaimana dikutip dari detik.com, terjadi pada tanggal 18 September 1948. Pada waktu itu PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Indonesia yang tengah dipimpin oleh Presiden Sukarno. PKI Madiun didirikan sebagai gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti landasan negara. Gerakan ini diketuai oleh Amir Sjarifuddin dan Muso yang dilatarbelakangi atas jatuhnya Kabinet Amir Sjariffuddin akibat ditandatanganinya perjanjian Renville yang sangat merugikan Republik Indonesia. Setelah tidak lagi menjadi Perdana Menteri, Amir membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang kemudian bekerja sama dengan organisasi berpaham kiri seperti Partai Komunis Indonesia, Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dll.

Dikutip dari Tirto.id, Partai Komunis Indonesia (PKI) atau Front Demokrasi Rakyat (FDR), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI), Pemuda Rakyat, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), berusaha merebut kekuasaan dikarenakan tidak puas dengan kebijakan pemerintah pusat. Perebutan kekuasaan tersebut dimulai pukul 03.00 dini hari tanggal 18 September 1948 dengan tembakan pistol tiga kali dan dalam waktu singkat berhasil sepenuhnya menguasai Madiun dengan melakukan pendudukan kantor-kantor penting di Madiun. Aksi huru-hara ini melibatkan beberapa unsur, mulai dari militer, laskar-laskar, dan kalangan politisi. Pada tanggal tersebut, PKI bersama kelompok warok dari Ponorogo menentang pemerintahan RI yang saat itu berpusat di Yogyakarta. PKI pimpinan Musso menguasai Madiun, mengibarkan bendera PKI dan mendeklarasikan "Republik Soviet Indonesia".

Peristiwa Madiun 1948 ini menewaskan Gubernur Jawa Timur RM Suryo, dokter pro-kemerdekaan Moewardi, serta beberapa petugas polisi dan tokoh agama. Hal ini membuat pemerintah RI bertindak tegas dan mengirimkan operasi penumpasan dimulai pada 20 September 1948 di bawah komando Kolonel A. H. Nasution. Selain mengatasi kisruh di Madiun, TNI pada saat itu juga harus menghadapi Belanda yang masih bercokol di Indonesia. Pada tanggal 31 Oktober 1948, Musso ditembak mati saat lari tidak jauh dari Ponorogo. Melalui operasi ini pula, mantan perdana menteri Amir Sjarifuddin dan tokoh-tokoh kiri lainnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Terdapat 17 Tokoh yang namanya disebut sebagai 'Korban Keganasan PKI Tahun 1948 yang Gugur di Desa Kresek' di antaranya adalah sebagai berikut :

  1. Kolonel Inf Marhadi
  2. Letkol Wiyono
  3. Insp Pol Suparbak
  4. May Istiklah
  5. R.M. Sardjono (Patih Madiun)
  6. Kiai Husen (Anggota DPRD Kabupaten Madiun)
  7. Mohamad (Pegawai Dinas Kesehatan)
  8. Abdul Rohman (Assisten Wedono Jiwan)
  9. Sosro Diprodjo (Staf PG Rejo Agung)
  10. Suharto (Guru Sekolah Pertama Madiun)
  11. Sapirin (Guru Sekolah Budi Utomo)
  12. Supardi (Wartawan freelance Madiun)
  13. Sukadi (Tokoh masyarakat)
  14. KH Sidiq
  15. R. Charis Bagio (Wedono Kanigoro)
  16. KH Barokah Fachrudin (Ulama)
  17. Maidi Marto Disomo (Agen Polisi)

Dari 17 korban pemberontakan PKI Madiun, sosok Kiai Husen direpresentasikan sebagai patung yang menjadi ikon Monumen Kresek yang berada di puncak bukit.
 

0 Response to "RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 18 AGUSTUS"

Post a Comment