22 DESEMBER
DIPERINGATI SEBAGAI HARI IBU
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pada tanggal 22 desember setiap tahunnya selalu diperingati sebagai "Hari Ibu". Meski sudah diperingati sepanjang tahun, namun ada sebagaian masyarakat yang belum mengetahui kenapa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Apa sejarah dibalik tanggal 22 Desember, sehingga tanggal tersebut sampai ditetapkan sebagai peringatan "Hari Ibu" dan apa tujuan ditetapkannya tanggal ini sebagai "Hari Ibu"? Tentunya banyak pertanyaan muncul berkaitan tentang peringatan "Hari Ibu" ini, seperti kapan persisnya peringgatan hari ibu ini ditetapkan, kenapa dan apa manfaatnya. Oleh karena itu, bertepatan dengan peringatan "Hari Ibu" kali ini, mimin akan mencoba merangkum informasi untuk menjawab segala pertanyaan tadi. Semoga setelah ini kita bisa tau kebih banyak tentang "Hari Ibu" dan bisa memahami arti dari peringatan "Hari Ibu" itu sendiri.
DIPERINGATI SEBAGAI HARI IBU
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pada tanggal 22 desember setiap tahunnya selalu diperingati sebagai "Hari Ibu". Meski sudah diperingati sepanjang tahun, namun ada sebagaian masyarakat yang belum mengetahui kenapa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Apa sejarah dibalik tanggal 22 Desember, sehingga tanggal tersebut sampai ditetapkan sebagai peringatan "Hari Ibu" dan apa tujuan ditetapkannya tanggal ini sebagai "Hari Ibu"? Tentunya banyak pertanyaan muncul berkaitan tentang peringatan "Hari Ibu" ini, seperti kapan persisnya peringgatan hari ibu ini ditetapkan, kenapa dan apa manfaatnya. Oleh karena itu, bertepatan dengan peringatan "Hari Ibu" kali ini, mimin akan mencoba merangkum informasi untuk menjawab segala pertanyaan tadi. Semoga setelah ini kita bisa tau kebih banyak tentang "Hari Ibu" dan bisa memahami arti dari peringatan "Hari Ibu" itu sendiri.
Tak bisa dipungkiri bahwa jasa seorang IBU sangatlah banyak terhadap sebuah rumah tangga, bahkan seluruh agama dan semua kepercayaan yang dianut umat manusia di bumi sangat menjunjung tinggi kedudukan seorang IBU. Ibu adalah kunci utama keberlangsungan umat manusia di bumi, tanpanya umat manusia bakal punah karena tak ada lagi yang menyambung keturunan. Di lingkup rumah tangga, Ibu adalah sosok yang memiliki peran paling penting, mulai dari mengurus pekerjaan rumah, merawat anggota keluarga, mendidik anak-anak, hingga memastikan seluruh anggota keluarga dalam kondisi baik. Seorang Ibu selain harus bersusah payah mengandung, merasakan sakit ketika melahitkan kita di dunia, hingga berkorban tenaga dan waktu untuk menyusui dan merawat kita dari kecil hingga dewasa. Bisa dikatakan, hidup kita hari ini adalah karena hasil kerja keras Ibu sewaktu kita belum bisa apa-apa.
Peringatan "Hari Ibu" adalah bentuk penghormatan kepada sosok Ibu yang telah banyak berjasa dengan segala kebaikannya. Terbukti ia mampu merawat banyak anggota keluarga sampai-sampai dirinya sendiri kurang diperhatikan. Mimin pernah ingat sebuah kata-kata yang "JLEB" tentang perbandingan jasa kita sebagai anak dengan jasa ibu kepada anak, bunyinya begini "Satu Ibu Bisa Merawat 10 (Sepuluh Anak) Sekaligus, Tapi 10 (Sepuluh) Anak Belum Tentu Mampu Merawat 1 (Satu) Orang IBU". Kata-kata itu memang terbukti benar adanya, kita bisa lihat dari keluarga kita sendiri, Ibu bisa merawat beberapa anak hingga tumbuh dewasa, namun setelah Ibu menua, tak ada dari anak-anak itu berhasil merawat Ibu sama persis seperti saat Ibu merawar kita kala kacil dulu. Alasan sibuk bekerja, sibuk dengan rumah tangga barunya, sibuk dengan bisnisnya, kadang membuat anak tak punya waktu untuk merawat ibu, padahal Ibu dulu juga memilih mengorbankan waktunya untuk merawat kita.
Tak ada habisnya jika kita membahas tentang kebaikan Ibu ini, karena dari sudut pandang manapun Jasa seorang ibu sangatlah besar dan pengorbanannya tak akan mampu terbalas. Nah, kembali kepada asal muasal ditetapkannya "Hari Ibu", jika kita melihat sejarah yang terjadi di masa silam, maka kita akan menemukan bahwa di tanggal 22 Desember tahun 1928 terjadi peristiwa sejarah yang penting, dimana di tanggal ini awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa tanggal 22 hingga 25 Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan Indonesia I yang dilangsungkan di Yogyakarta tepatnya di Ndalem Joyodipuran. Sekarang Ndalem Joyodipuran digunakan sebagai Kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dilaksanakan tepat sepekan setelah Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda dilangsungkan.
Kongres Perempuan Indonesia I yang berlangsung pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda itu diikuti oleh tidak kurang dari 600 perempuan dari puluhan perhimpunan wanita yang terlibat. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang suku, agama, pekerjaan, juga usia. Sejumlah organisasi perempuan yang terlibat antara lain Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyiyah, Wanita Moeljo, Darmo Laksmi, Wanita Taman Siswa, juga sayap perempuan dari berbagai organisasi pergerakan seperti Sarekat Islam, Jong Java, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain. Selain itu, para perwakilan dari perhimpunan pergerakan, partai politik, maupun organisasi pemuda juga datang ke Kongres Perempuan Indonesia perdana ini, termasuk wakil dari Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Muhammadiyah, Partai Nasional Indonesia (PNI), Jong Java, Jong Madoera, Jong Islamieten Bond, dan seterusnya.
Panitia Kongres Perempuan Indonesia I dipimpin oleh R.A. Soekonto yang didampingi oleh dua wakil, yaitu Nyi Hadjar Dewantara dan Soejatin. Ketua Kongres, R.A. Soekonto dalam sambutannya menyampaikan: "Zaman sekarang adalah zaman kemajuan. Oleh karena itu, zaman ini sudah waktunya mengangkat derajat kaum perempuan agar kita tidak terpaksa duduk di dapur saja. Kecuali harus menjadi nomor satu di dapur, kita juga harus turut memikirkan pandangan kaum laki-laki sebab sudah menjadi keyakinan kita bahwa laki-laki dan perempuan mesti berjalan bersama-sama dalam kehidupan umum. Artinya, perempuan tidak [lantas] menjadi laki-laki, perempuan tetap perempuan, tetapi derajatnya harus sama dengan laki-laki, jangan sampai direndahkan seperti zaman dahulu". Hampir seluruh agenda dalam kongres ini membicarakan hak-hak perempuan. Hal itu bisa dilihat dari pertemuan hari kedua kongres, di mana Moega Roemah membahas soal perkawinan anak. Pada zaman dahulu sebelum kemerdekaan, perempuan acap kali dikawinkan walau masih belia.
Perwakilan Poetri Boedi Sedjati (PBS) dari Surabaya juga menyampaikan tentang derajat dan harga diri perempuan Jawa. Kemudian disusul Siti Moendji'ah dengan “Derajat Perempuan” dan Nyi Hajar Dewantara (istri dari Ki Hadjar Dewantara) yang membicarakan soal adab perempuan. Djami dari organisasi Darmo Laksmi, menceritakan pengalaman masa kecilnya yang dipandang rendah karena menjadi seorang perempuan. Di masa kolonial dulu, hanya anak laki-laki yang diperbolehkan mengakses pendidikan. Sementara perempuan hanya boleh berkutat dalam urusan rumah tangga. Pandangan usang itu mengakar kuat bahkan hingga saat ini. Pendidikan bagi perempuan juga dianggap tidak penting karena selalu berakhir ke dapur. Tetapi, Djami mempunyai pendapat lain, ia mengatakan, "Tak seorang akan termasyhur kepandaian dan pengetahuannya yang ibunya atau perempuannya bukan seorang perempuan yang tinggi juga pengetahuan dan budinya." Yang artinya adalah tidak akan berhasil seorang anak jika ibunya tidak memiliki pengetahuan dan budi yang baik.
Selain diisi dengan pidato atau orasi tentang kesetaraan atau emansipasi wanita oleh para tokoh perempuan yang terlibat, kongres ini juga menghasilkan keputusan untuk membentuk gabungan organisasi wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Dua tahun setelah kongres pertama itu, kaum perempuan di Indonesia menyatakan bahwa gerakan wanita adalah bagian dari pergerakan nasional. Dengan kata lain, perempuan wajib ikut serta memperjuangkan martabat nusa dan bangsa. Para pahlawan perempuan seperti Rohana Koedoes, Kartini, dan juga Dewi Sartika memiliki peran penting dalam pembangunan sekolah-sekolah untuk perempuan di Indonesia. Mereka berpikir bahwa seorang ibu yang pintar dan cerdas akan memiliki modal besar untuk menjadikan anaknya pintar.
Penetapan Hari Ibu ini sebenarnya berawal dari protes ketika Presiden Soekarno menetapkan Hari Kartini sebagai bentuk penghargaan terhadap aktivis yang memperjuangkan emansipasi wanita, yaitu R.A Kartini, banyak warga Indonesia pada saat itu memprotes kebijakan Presiden karena Kartini dianggap hanya melakukan perjuangan di daerah Jepara dan Rembang. Kartini juga dianggap lebih pro terhadap Belanda. Untuk menghindari protes dari para warga tersebut, Presiden Soekarno yang terlanjur sudah menetapkan Hari Kartini, akhirnya menetapkan Hari Ibu untuk mengenang para pahlawan perempuan lainnya. Akhirnya tanggal hari pertama Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928 inilah yang kemudian menjadi acuan bagi pemerintah RI untuk menetapkan peringatan Hari Ibu, yang diresmikan oleh Presiden Sukarno melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1953.
Melalui Surat Keputusan tersebut, Hari Ibu pada 22 Desember resmi menjadi Hari Nasional. Dengan ditetapkannya Hari Ibu, berarti sekaligus memperingati perjuangan perempuan sebagai bagian dari perjuangan bangsa yang tercermin dalam Sumpah Pemuda 1928. Untuk peringatan Hari Ibu ini, pemerintah memiliki dasar hukum yang meliputi:
- Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
- UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
- UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
- UU No. 11 Tahun 2005 tetang Pengesahan Ratifikasi Konvensi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
- UU No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Ratifikasi Konvensi Hak Sipil dan Politik.
- UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
- Keputusan Presiden RI No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.
- Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2015 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
- Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
Terlepas dari itu semua, Hari Ibu adalah momen di mana kita mengingat semua jasa-jasa yang pernah dilakukan oleh Ibu kita. Momentum Hari Ibu ini hendaknya digunakan untuk insteropeksi kita sebagai anak untuk selalu taat, hormat, sayang dan cinta kepada ibu. Khusus hari ini coba luangkan waktu untuk datang menemui ibu (bagi yang berjauhan), menengok kuburnya (bagi yang ibunya sudah tiada), atau mengajaknya quality time bagi yang serumah. Meski seharusnya tiap hari kita harus memberikan kasih sayang dan perawaran kepada ibu kita, namun ada beberapa anak yang harus kehilangan waktu karena musti berjuang mencari nafkah atau dalam tugas negara, hari ini mari kita berdoa kepada Ibu, semoga Tuhan senantiasa memberikan dia perlindungan, memberikan dia kesehatan dan memberi dia umur yang panjang agar kita bisa punya kesempatan untuk berbakti kepada Ibu Kita. Selamat Hari Ibu...
0 Response to "RANGKUMAN PERISTIWA DI TANGGAL 22 DESEMBER"
Post a Comment