KUTIPAN EBOOK
Sudah umum diketahui, bahwa Indonesia, dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, tentu memiliki keanekaragam jenis tanaman obat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Kekayaan dan keanekaragaman jenis tanaman obat ini merupakan anugerah yang sangat menjanjikan jika dimanfaatkan secara seksama. Oleh karena itu yang perlu digali dan dikembangkan adalah sudah berapa maksimal pemanfaatan tanaman obat tersebut, untuk pengembangan produk jadi obat tradisional Indonesia. Kecenderungan pola hidup kembali ke alam (back to nature) dengan keyakinan bahwa mengonsumsi obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan dengan obat konvensional serta bahan baku atau produk relatif lebih murah dan mudah diperoleh, menyebabkan permintaan terhadap produk obat tradisional cenderung meningkat.
Sudah umum diketahui, bahwa Indonesia, dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, tentu memiliki keanekaragam jenis tanaman obat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Kekayaan dan keanekaragaman jenis tanaman obat ini merupakan anugerah yang sangat menjanjikan jika dimanfaatkan secara seksama. Oleh karena itu yang perlu digali dan dikembangkan adalah sudah berapa maksimal pemanfaatan tanaman obat tersebut, untuk pengembangan produk jadi obat tradisional Indonesia. Kecenderungan pola hidup kembali ke alam (back to nature) dengan keyakinan bahwa mengonsumsi obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan dengan obat konvensional serta bahan baku atau produk relatif lebih murah dan mudah diperoleh, menyebabkan permintaan terhadap produk obat tradisional cenderung meningkat.
Pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat pada era bioteknologi saat ini tidak terbatas pada pembuatan sediaan sederhana (rebusan, rajangan, dan lain-lain) tetapi sudah meningkat sampai ke pembuatan produk jadi dengan bentuk sediaan modern, yang menggunakan ekstrak tanaman obat sebagai bahan awal. Dalam upaya menyediakan informasi kepada masyarakat, baik pelaku usaha maupun konsumen, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen (dalam hal ini Direktorat Obat Asli Indonesia) menyusun buku yang dikemas dalam serial The Power of Obat Asli Indonesia. Pada tahun 2016, serial ini menyajikan 6 judul tanaman obat yaitu: Bawang Putih (Allium sativum L.), Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), Kelor (Moringa oleifera Lam.), Jahe (Zingiber officinale Roscoe), Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees).
Pegagan adalah nama umum Indonesia untuk Centella asiatica (L.) Urban. Jenis ini telah lama dikenali masyarakat karena kegunaannya untuk bahan obat-obatan tradisional. Belum diketahui secara jelas asal usulnya, akan tetapi daerah persebarannya meliputi daerah tropis dan sub tropis di seluruh dunia mulai dari Afrika Selatan, Afrika Tengah, Asia bahkan sampai Semenanjung Arab. Pada umumnya pegagan dapat tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 2.500 m dpl. Ketinggian tempat optimum untuk tanaman ini adalah 200-800 m dpl. Di atas 1.000 m dpl produksi dan mutunya akan lebih rendah. Pegagan sering ditemukan tumbuh liar pada jenis tanah bertekstur ringan dan subur, tapi pegagan juga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada semua jenis lahan kering. Tanaman ini tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup baik, pada jenis tanah latosol dengan kandungan liat sedang.
Pegagan termasuk dalam marga Centella dari suku Apiaceae. Nama ilmiah botaninya adalah Centella asiatica (L.) Urban. Jenis ini memiliki nama sinonim Hydrocotyle asiatica L. Di beberapa daerah/etnis di Indonesia pegagan mempunyai nama yang berbedabeda misalnya di Jawa dikenal dengan antanan gede (Sunda); gagan-gagan (Jawa); daun kaki kuda, pegagan (Jakarta). Dalam bahasa Inggris pegagan dikenal sebagai gotu-cola, sedangkan di beberapa negara lain seperti di Malaysia dikenal dengan nama pegaga, di Filipina disebut takip-kohol, dan di Perancis dikenal dengan nama hydrocotyle asiatique. Habitus pegagan berupa terna atau herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10-80 cm. Kandungan kimia simplisia pegagan meliputi glikosida saponin: asiatikosida, madekasosida; saponin: asam asiatat, asam madekasat.
Seluruh bagian tanaman pegagan dapat dimanfaatkan sebagai obat. Daun pegagan dikenal masyarakat Indonesia sejak dulu sebagai obat luka. Luka yang bernanah dapat disembuhkan dengan menggunakan getah dari akar yang dipanaskan lalu ditempel pada luka nanah dan ditutup dengan daun pegagan. Masyarakat di daerah Madura memanfaatkan air seduhan dari seluruh bagian tanaman sebagai obat wasir dan batuk kering, khusus untuk anak-anak digunakan untuk mimisan, serta penambah selera makan. Di daerah Melayu, pegagan terkenal sebagai obat batuk kering dan penyakit hati. Seduhan daun, diminum sebagai obat radang tenggorokan, asma, radang usus dan sebagai obat kumur untuk sariawan. Remasan daun pegagan yang ditempelkan di kulit dapat menyembuhkan radang kulit dan luka memar. Pada saat ini, beberapa pemanfaatan tradisional tersebut telah dilakukan penelitian ilmiahnya berdasarkan uji praklinik dan diantaranya sampai ke tahap uji klinik.
Pegagan dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, tetapi hal ini jarang dilakukan. Pada umumnya pegagan diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan stolon atau tunas anakan. Benih dipilih yang sudah mempunyai stolon dan minimal dua calon tunas. Benih berasal dari induk yang telah berumur minimal satu tahun. Benih disemaikan terlebih dahulu pada polybag yang diisi media campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Kemudian polybag diletakkan di tempat dengan naungan yang cukup dan disiram setiap hari. Penanaman dilakukan dengan cara menanam pegagan dalam bedengan yang telah disiapkan dengan jarak tanam antar baris 20-30 cm dan dalam baris 20-25 cm. Pegagan tidak tahan terhadap tempat yang terlalu kering karena sistem perakarannya yang dangkal. Oleh karena itu faktor iklim yang penting dalam pengembangan pegagan adalah curah hujan.
Tanaman ini akan tumbuh baik pada intensitas penyinaran 30-40% sehingga dapat dikembangkan sebagai tanaman sela semusim atau tahunan. Di tempat dengan naungan yang cukup helaian daun pegagan menjadi lebih besar dan tebal sedangkan pada tempat yang terlalu ternaungi (kurang cahaya) daun akan menipis dan warnanya memucat. Tanaman disiram agar tidak kering dan diusahakan bebas dari gulma. Pemangkasan tanaman peneduh dilakukan saat tanaman terlalu rindang. Panen pegagan biasanya dilakukan saat tanaman berumur 3-4 bulan dengan cara memangkas bagian daun dan batang. Selang pemanenan pertama dengan panen selanjutnya sekitar 2 bulan. Hasil panen pegagan segar biasanya sekitar 15-25 ton/ha atau setara dengan 1,5-2,5 ton/ha pegagan kering.
Dalam Ebook ini selain dijelaskan tentang manfaat Pegagan untuk bidang pengobatan, juga akan diulas pula tentang informasi lengkap tanaman Pegagan, kemudian akan diulas pula cara budidaya Jahe yang baik sehingga menghasilan produk berkualitas, lalu dibahas pula kasiat Pegagan bagi kesehatan, pembuatan formulasi obat tradisional dari Pegagan, hingga strategi pemasatannya. Temukan ulasan lengkapnya dengan membaca ebook "Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) - Serial The Power of Obat Asli Indonesia" ini, link download ada di akhir artikel ini. Semoga bermanfaat.
DESKRIPSI EBOOK
Judul | : | Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) |
Serial The Power of Obat Asli Indonesia | ||
Penulis | : | Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) |
Penerbit | : | Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) |
Tahun | : | 2016 |
Jumlah Halaman | : | 106 Halaman |
Bahasa | : | Indonesia |
Tema | : | Pertanian, Obat Herbal |
Format File | : | |
Ukuran File | : | 4,01 MB |
LINK DOWNLOAD
Ebook Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) - Serial The Power of Obat Asli Indonesia
0 Response to "DOWNLOAD EBOOK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L.) URB.)"
Post a Comment